‘’
Di Balik Arti Menel ‘’
“Shindy Prameswari Utami” adalah nama lengkapnya. Dan “ MENEL “ , panggilan semasa kecil pemberian
dari ibunya. Mm.. unik juga sih ?. karena fostur tubuh yang kecil , kurus ,
paras wajah yang imut , unyu-unyu , manis , serta lucu. Panggilan yang sesuai
di ucapkan untuk bocah cilik seperti dia. Akan tetapi , tingkah lakunya yang tidak
sesuai. Karena kenakalan dan kecerobohannya membuat rugi orang lain. Terutama
dirinya sendiri. Kejadian ini telah usai selama 11 tahun silam. Saat itu
usianya 5 tahun.
Di siang hari yang panas , matahari menampakkan wujudnya
tepat di atas kepala. Pukul 14.00 WIB keluarga Shindy berkumpul di ruang tamu.
Ibu sedang menyetrika pakaian di lantai bawah , Ayah sedang duduk di sofa
membaca koran sambil menghirup kapal api (kopi) , dan Shindy pun sedang bermain
plestisin yang terbuat dari bahan lilin layaknya anak kecil.
“Sudah
makan siangkah kamu nel ?” tanya Ibu sambil menyetrika.
“Belum..
suapin Bu ?” ujar Shindy.
“Ehh
eh... Kamu tak lihat ibu sedang ada kerjaan ?. Udah besar , kok masih manja.
Mkan sendiri. Sana gesit makan !”. Ibu mulai menggerutu.
“Cuma
sekali-kali Bu minta suapin. Nanti ajalah bu.” Jawab Shindy santai.
“Menel…
! sekitar seminggu lagi kita akan pergi.” sahut Ibu .
“ Mmm…
kemana Bu ? tanya Shindy kembali. (paras wajah yang bingung)
“Iya.
Kita akan pulang kampung ke rumah nenek.” jawab Ibu.
“Pulang
kampung itu apa Bu ?.” Shindy cengar-cengir mengangkat sebelah alis.
“Pulang
ke daerah asal kita disana di kuningan.” Ujar Ibu.
“O itu
ya... .” (Shindy pura-pura mengerti. Padahal sebenarnya tidak mengerti).”
Benarkah kita akan pulang kampung yah ?” menghampiri Ayah dan bertanya kepada
Ayah.
“Iyaa
nak. Rencananya begitu. ” ujar Ayah tersenyum menatap Shindy.
Ketika Shindy tahu beberapa hari lagi ingin pergi ke kota , dia
kegirangan. Jingkrak-jingkrik ,
melenggak-lenggok , goyang senggol ke kiri , goyang senggol ke kanan bagaikan
tupai yang melentik-lentik sukar untuk diam. Suaranya menggelegar membelah
angkasa. Berteriak hingga bisa membangunkan tetangga sebelah yang sedang molor nyenyak. Zzz…. Untung saja tidak ada
orang-orang yang menggerutu akibat teriakan mautnya.
“ Yes..
yes !!!!.. pulang kampung yes yes……! “J kata Shindy dengan suara
nyaring.
Setelah berkata demikian , tak di sengaja tangan kanan Shindy
menyepakkan segelas kopi panas yang terletak di samping ayah duduk. Untung saja
air berwarna hitam dengan campuran pasir putih halus yang ada di dalam gelas
itu sudah di minum ayah seperdua bagian. Tetapi tetap saja tangan kanan
shindy perih dan panas karena terkena
air kopi tersebut. Tidak hanya tangan Shindy , celana yang di pakai Ayah pun
juga ikut basah terkena percikan dari air kopi.
“Praannngggg.. rak
rak rakk…cik..cikk..cik…”. Sesaat gelas jatuh kelantai.
“Aaaaa...
duhh… sakit !!!
Tak di
duga amarah Ayah membara. Mata Ayah tertuju pada Shindy. Keluarlah kata-kata
mutiara dari mulut Ayahnya.
“Lihat lah anakmu itu ! nakalnya minta
ampun. Dari tadi tidak bisa diam hingga
menumpahkan air kopi. Di lembuti malah makin menjadi-jadi. Bersihakan itu Shindy
!. nanti ayah kurung kamu di kamar mandi. (nada membentak).
Shindy
hanya terdiam membisu menundukkan kepalanya ke bawah..
......................................
Sedikit demi sedikit air matanya mulai berlinang-linang.
Langsung berlari ia menuju kamar. Menyendiri dan menangis tersendu-sendu.
“Ayah
, mengapa selalu kasar kepada anak ? Shindy tidak sengaja. Berhentilah memarahi
dia.... “ kata Ibu membela.
“Hmm..
perbuatannya yang membuat Ayah kesal. Manjakanlah terus anak mu sampai dia
besar nanti.”
Ibu meninggalkan setrikaannya. Berdiri dari duduknya ,
mendekati ayah karena ingin membersihkan tumpahan air kopi tersebut. Untung
saja gelasnya tidak pecah.
Setelah selesai membersihkan lantai , ibu kekamar Shindy.
Saat mengetuk pintu , ternyata sengaja di kunci oleh Shindy.
“Nel , buka pintunya nel ? ibu ingin masuk”.
Tak
ada jawaban dari Shindy. Dia hanya diam saja.
.................................
“Shin
, buka pintunya ? ibu ingin masuk. kamu jangan seperti ini lah nak. Ayah tidak
marah lagi kepadamu. “ sahut Ibu sekali lagi.
Akhirnya shindy membuka pintu. Melihat ibu sedang berdiri di
depan pintu kamarnya.
“Kamu kenapa
nel ? kok menangis anak Ibu ?” ujar Ibu.
“Ayah
...... marah-marah terus , bentak-bentak terus. Shindy kan tidak sengaja bu ?”.
“Ya ,
sudahlah.. siapa yang salah dulu ?”
“Shindy
tahu bu. Shindy yang salah karena melentik-lentik tidak bisa diam. Akhirnya menumpahkan
air kopi yang Ayah minum.
“Jangan
nangis lagi ya ?” (mengusapkan air mata Shindy dengan tangan)
“Iya
Bu. (Shindy mulai tersenyum)
“Ayah
kemana bu ?”
“Sudah
kekamar katanya mau tidur siang.”
Ibu melanjutkan menyetrika pakaian di ruang tamu. Shindy pun
keluar dari kamarnya menonton televisi film kartun anak berjudul “TOM and
JERRY”. Merupakan film kartun favoritenya semasa kecil. Bahkan hingga sekarang
masih ditontonya. Hehe.
“ Kring.. kring..kring.. telephone untuk Ibu berbunyi.
Karena Ayah sedang nyenyak dengan bunga tidurnya , Ayah tidak mendengar suara
telephone berdering di kamar. Jadi , Ibu yang mendengar langsung kekamar dan
mengangkat telephone tersebut. Panjang lebar Ibu berbicara dengan rekan satu
sekolahnya dahulu. Ibu meninggalkan
setrikaannya lagi dengan posisi setrika tegak.
Shindy tertawa sendiri terbahak-bahak menonton film kartun
itu. kemudian melihat ibu di ruang tamu sudah tidak ada.
“Kemana
Ibu ? kok tiba-tiba pergi gitu aja ?” tadi ada dan sekarang tak ada.” Pekiknya
dalam hati (berfikir dan bingung).
..........................................
“Kebetulan
setrikaan sedang kosong nihh ? Pengen
nyobain ahh ?”
Selama ini Shindy hanya bermain gosok-gosokan menggunakan
alat setrika duplikat (palsu). Sekarang dia ingin mencoba setrikaan panas
dengan aliran listrik yang sesungguhnya.
Shindy pindah keruang tamu mengambil alih pekerjaan ibunya. Pakaian yang dia gosok saat
itu adalah pakaian Ayah. Lagi lagi Ayah lagi lagi Ayah terkena korban perbuatan
Shindy.
“Asikkkk..sepertinya
enak menyetrika pakaian. Mumpung ibu juga tak tau.” Hihi.
Baru sebentar memegang setrika, tiba-tiba Shindy bergegas
lari terbirit-birit ke kamar mandi. Karena perutnya terasa sakit. Melilit-lilit
ingin menyetor tabungan. Hehe. Tak sadar perbuatannya , dia telah meninggalkan
setrikaan panas. Setrikaan tersebut bukan di letakkan dengan posisi tegak.
Tetapi terkepar di atas baju Ayah.
“Duhh,
sakit perut. Tak tahan lagi.” Pekiknya dalam hati. (Shindy pun terburu-buru
pergi kekamar mandi ingin BAB).
Tak lama kemudian , Setelah selesai mengangkat telephone Ibu
kembali ke ruang tamu.. Dan apakah yang terjadi ?
“Astagfirullah
hal adzim....!!! Perbuatan siapa ini ?? Nel !!!!...... apa yang telah kamu lakukan
sedari tadi ??.” kata Ibu.
Ibu terkejut saat
melihat salah satu baju Ayah telah gosong. Ibu menghampiri setrikaan itu mematikan
kabel stop kontak. Setelah diperiksa , wawww.. gosong yang berwarna hitam
mutung menembus dan membekas hingga alas karpet lapisan bawah setrika.
“Nel ?
dimana kamu ? nel , dimana kamu ? Ibu mau bertanya.” Ibu kesana-sini mencari Shindy.
Teriakan Ibu membangunkan Ayah. Dengan mata sayup melemas
Ayah turun dari tempat tidur , lalu keluar kamar dan bertanya kepada Ibu.
“Ada
apa ini bising ??” ujar Ayah.
“Tidak
ada apa-apa. Hanya memanggil Shindy. Ada yang ingin ibu tanyakan kepada dia.”
Jawab ibu.
“Tanya
apa ?”
“Apakah
dia yang menyetrika baju sampai gosong.”
“GOSONG
!!! mana shindy mana ???” emosi Ayah membara yang kedua kalinya saat kejadian
ini.
Ayah dan ibu memanggil-manggil Shindy. Akhirnya Shindy menyahut.
“Iya
Yah.. Bu.. kenapa ? sekarang Shindy di kamar mandy. Ini sudah selesai.” Sambil
BAB pun dia berteriak kencang agar Ayah dan Ibunya mendengar. Haahaa.
Ketika Shindy membuka pintu , Ayah sudah berdiri di depan
kamar mandi.
“Oh ayah. Kenapa yah?”
“Kekanakalan
apa lagi yang kamu lakukan ! liat baju Ayah sudah gosong kamu setrika ! kamu
itu masih kecil. Belum tahu menyetrika dengn sesunguhnya ! Nanti kalau udah
waktunya baru belajar sama Ibu ! Sudah ayah bilang jangan bertingkah Shindy !
sini Ayah kurung di kamar mandy ! sini ! (menarik tangan Shindy masuk kekamar
mandi)
“Jangan
yahh jangan.......... maaf yah maaf yahh.” (Shindy ketakutan dan mulai menagis).
Ibu
datang dari kamar menghampiri mereka di kamar mandi.
“Ayah
? jangan begini ? .“ menarik tangan Shindy keluar dari kamar mandi.
“Bukannya
sekali-kali di beri pelajaran , malah ibu belakan terus anak ini. Ibu tahukan
perbuatan yang telah dia lakukan ?”
“Iya
tahu. Tapi bukan seperti ini caranya terhadap anak.”
Ayah mengabaikan omongan Ibu. Ayah langsung pergi membawa
kendaraan sepeda motor tanpa memberi tahu ibu.
“Sudah
lah.. memang kamu yang melakukan ini nak ? hingga baju Ayah gosong.” Tanya Ibu.
“Shindy
tu cuma ingin nyobain bu. Tadi sewaktu Ibu pergi , Iya.. Shindy menyetrika baju
Ayah pakai setrikaan yang panas. Tiba-tiba Shindy sakit perut , jadi segera shindy
kekamar mandi. Shindy lupa kalau meninggalkan setrikaan itu.” (dengan nada
suara pelan dan menangis tersendat-sendat)
“Ibu
tidak marah. Tapi jika sekali lagi kamu
melakukan hal yang sama , Ibu tidak sungkan-sungkan menghukum kamu.
Sebab perbuatan kamu yang sudah keterlaluan. lain kali bilang dulu sama Ibu.”
Ibu menasehati Shindy.
“Iya Bu.
Shindy janji. Berhati-hati setiap melakukan suatu pekerjaan atau apapun itu.
Maafin Shindy Bu.”
“Iya
nak.”
“ Ayah
tadi kemana Bu ? Shindy ingin minta maaf.”
“Ibu
juga tidak tahu. Nanti pulang kok.”
“Makan sana ? Ibu suruh makan dari tadi malah
belum mkan juga.”
“Iya Bu.”
Shindy merasa bersalah kepada orangtuanya. Dia sadar dengan
perbuatannya yang Hiperaktif. Dia berjanji tidak mengulangi lagi. Dia sudah minta
maaf kepada ibu. Sedangkan Ayah pergi
entah kemana sehigga belum terucapkan oleh shindy kata maafnya kepada Ayah.
Betapa brsalah dirinya.
Unsur
Instrinsik Cerpen
1. TEMA : Pengalaman
2.
JUDUL : “ Di Balik Arti Menel “
3.
ALUR : Mundur
4.
LATAR :
-TEMPAT :Rumah (ruang tamu, kamar tidur, kamar
mandi)
-WAKTU : Siang
hari pukul 14.00 WIB.
-SUASANA :
Sedih , menegangkan.
5. PENOKOHAN :
-Menel (Shindy) :
Manja , nakal, ceroboh, cengeng Hiperaktif.
-Ibu : Pemaaf , baik , penyayang, perduli, perhatian.
-Ayah : tegas,
bijak , pemarah , acuh tak acuh.
6. SUDUT PANDANG :
Orang ketiga serba tahu.
7. AMANAT :
-Berhati-hatilah dalam berbuat sesuatu (jangan ceroboh)
-Jaga diri sendiri dan sikap yang tidak membuat orang lain
merasa di rugikan.
-jangan berlaku terlalu kasar terhadap anak. Bagaimanapun
juga dia adalah anak kita sendiri. Nasehatilah dengan cara yang baik.
-bertingkah laku lah yang baik-baik dan sewajarnya.
-Saat melakukan kesalahan, segeralah meminta maaf.
8. NILAI KEHIDUPAN :
-Jadilah anak yang dibanggakan orang tua dengan hal positif
yang kamu lakukan. Jangan sebaliknya , menyusahkan orang tua dengan perbuatan
yang kamu lakukan.
-jadilah sikap diri yang baik , lebih baik diam daipada
hiperaktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar