Jumat, 23 November 2012

Cerpen

-->
‘’ Di Balik Arti Menel ‘’

“Shindy Prameswari Utami” adalah nama lengkapnya. Dan  “ MENEL “ , panggilan semasa kecil pemberian dari ibunya. Mm.. unik juga sih ?. karena fostur tubuh yang kecil , kurus , paras wajah yang imut , unyu-unyu , manis , serta lucu. Panggilan yang sesuai di ucapkan untuk bocah cilik seperti dia.  Akan tetapi , tingkah lakunya yang tidak sesuai. Karena kenakalan dan kecerobohannya membuat rugi orang lain. Terutama dirinya sendiri. Kejadian ini telah usai selama 11 tahun silam. Saat itu usianya 5 tahun.
Di siang hari yang panas , matahari menampakkan wujudnya tepat di atas kepala. Pukul 14.00 WIB keluarga Shindy berkumpul di ruang tamu. Ibu sedang menyetrika pakaian di lantai bawah , Ayah sedang duduk di sofa membaca koran sambil menghirup kapal api (kopi) , dan Shindy pun sedang bermain plestisin yang terbuat dari bahan lilin layaknya anak kecil.
“Sudah makan siangkah kamu nel ?” tanya Ibu sambil menyetrika.
“Belum.. suapin Bu ?” ujar Shindy.
“Ehh eh... Kamu tak lihat ibu sedang ada kerjaan ?. Udah besar , kok masih manja. Mkan sendiri. Sana gesit makan !”. Ibu mulai menggerutu.
“Cuma sekali-kali Bu minta suapin. Nanti ajalah bu.” Jawab Shindy santai.
“Menel… ! sekitar seminggu lagi kita akan pergi.” sahut Ibu .
“ Mmm… kemana Bu ? tanya Shindy kembali. (paras wajah yang bingung)
“Iya. Kita akan pulang kampung ke rumah nenek.” jawab Ibu.
“Pulang kampung itu apa Bu ?.” Shindy cengar-cengir mengangkat sebelah alis.
“Pulang ke daerah asal kita disana di kuningan.” Ujar Ibu.
“O itu ya... .” (Shindy pura-pura mengerti. Padahal sebenarnya tidak mengerti).” Benarkah kita akan pulang kampung yah ?” menghampiri Ayah dan bertanya kepada Ayah.
“Iyaa nak. Rencananya begitu. ” ujar Ayah tersenyum menatap Shindy.
Ketika Shindy tahu beberapa hari lagi ingin pergi ke kota , dia kegirangan.  Jingkrak-jingkrik , melenggak-lenggok , goyang senggol ke kiri , goyang senggol ke kanan bagaikan tupai yang melentik-lentik sukar untuk diam. Suaranya menggelegar membelah angkasa. Berteriak hingga bisa membangunkan tetangga sebelah yang sedang molor  nyenyak. Zzz…. Untung saja tidak ada orang-orang yang menggerutu akibat teriakan mautnya.
“ Yes.. yes !!!!.. pulang kampung yes yes……! “J kata Shindy dengan suara nyaring.
Setelah berkata demikian , tak di sengaja tangan kanan Shindy menyepakkan segelas kopi panas yang terletak di samping ayah duduk. Untung saja air berwarna hitam dengan campuran pasir putih halus yang ada di dalam gelas itu sudah di minum ayah seperdua bagian. Tetapi tetap saja tangan kanan shindy  perih dan panas karena terkena air kopi tersebut. Tidak hanya tangan Shindy , celana yang di pakai Ayah pun juga ikut basah terkena percikan dari air kopi.
 “Praannngggg.. rak rak rakk…cik..cikk..cik…”. Sesaat gelas jatuh kelantai.
“Aaaaa... duhh… sakit !!!
Tak di duga amarah Ayah membara. Mata Ayah tertuju pada Shindy. Keluarlah kata-kata mutiara dari mulut Ayahnya.
 “Lihat lah anakmu itu ! nakalnya minta ampun.  Dari tadi tidak bisa diam hingga menumpahkan air kopi. Di lembuti malah makin menjadi-jadi. Bersihakan itu Shindy !. nanti ayah kurung kamu di kamar mandi. (nada membentak).
Shindy hanya terdiam membisu menundukkan kepalanya ke bawah..
   ......................................
Sedikit demi sedikit air matanya mulai berlinang-linang. Langsung berlari ia menuju kamar. Menyendiri dan menangis tersendu-sendu.
“Ayah , mengapa selalu kasar kepada anak ? Shindy tidak sengaja. Berhentilah memarahi dia.... “ kata Ibu membela.
“Hmm.. perbuatannya yang membuat Ayah kesal. Manjakanlah terus anak mu sampai dia besar nanti.”
Ibu meninggalkan setrikaannya. Berdiri dari duduknya , mendekati ayah karena ingin membersihkan tumpahan air kopi tersebut. Untung saja gelasnya tidak pecah.
Setelah selesai membersihkan lantai , ibu kekamar Shindy. Saat mengetuk pintu , ternyata sengaja di kunci oleh Shindy.
“Nel , buka pintunya nel ? ibu ingin masuk”.
Tak ada jawaban dari Shindy. Dia hanya diam saja.
    .................................
“Shin , buka pintunya ? ibu ingin masuk. kamu jangan seperti ini lah nak. Ayah tidak marah lagi kepadamu. “ sahut Ibu sekali lagi.
Akhirnya shindy membuka pintu. Melihat ibu sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kamu kenapa nel ? kok menangis anak Ibu ?” ujar Ibu.
“Ayah ...... marah-marah terus , bentak-bentak terus. Shindy kan tidak sengaja bu ?”.
“Ya , sudahlah.. siapa yang salah dulu ?”
“Shindy tahu bu. Shindy yang salah karena melentik-lentik tidak bisa diam. Akhirnya menumpahkan air kopi yang Ayah minum.
“Jangan nangis lagi ya ?” (mengusapkan air mata Shindy dengan tangan)
“Iya Bu. (Shindy mulai tersenyum)
“Ayah kemana bu ?”
“Sudah kekamar katanya mau tidur siang.”
Ibu melanjutkan menyetrika pakaian di ruang tamu. Shindy pun keluar dari kamarnya menonton televisi film kartun anak berjudul “TOM and JERRY”. Merupakan film kartun favoritenya semasa kecil. Bahkan hingga sekarang masih ditontonya. Hehe.
“ Kring.. kring..kring.. telephone untuk Ibu berbunyi. Karena Ayah sedang nyenyak dengan bunga tidurnya , Ayah tidak mendengar suara telephone berdering di kamar. Jadi , Ibu yang mendengar langsung kekamar dan mengangkat telephone tersebut. Panjang lebar Ibu berbicara dengan rekan satu sekolahnya dahulu. Ibu  meninggalkan setrikaannya lagi dengan posisi setrika tegak.
Shindy tertawa sendiri terbahak-bahak menonton film kartun itu. kemudian melihat ibu di ruang tamu sudah tidak ada.
“Kemana Ibu ? kok tiba-tiba pergi gitu aja ?” tadi ada dan sekarang tak ada.” Pekiknya dalam hati (berfikir dan bingung).
..........................................
“Kebetulan setrikaan sedang kosong nihh ?  Pengen nyobain ahh ?”
Selama ini Shindy hanya bermain gosok-gosokan menggunakan alat setrika duplikat (palsu). Sekarang dia ingin mencoba setrikaan panas dengan aliran listrik yang sesungguhnya.
Shindy pindah keruang tamu mengambil alih  pekerjaan ibunya. Pakaian yang dia gosok saat itu adalah pakaian Ayah. Lagi lagi Ayah lagi lagi Ayah terkena korban perbuatan Shindy.
“Asikkkk..sepertinya enak menyetrika pakaian. Mumpung ibu juga tak tau.” Hihi.
Baru sebentar memegang setrika, tiba-tiba Shindy bergegas lari terbirit-birit ke kamar mandi. Karena perutnya terasa sakit. Melilit-lilit ingin menyetor tabungan. Hehe. Tak sadar perbuatannya , dia telah meninggalkan setrikaan panas. Setrikaan tersebut bukan di letakkan dengan posisi tegak. Tetapi terkepar di atas baju Ayah.
“Duhh, sakit perut. Tak tahan lagi.” Pekiknya dalam hati. (Shindy pun terburu-buru pergi kekamar mandi ingin BAB).
Tak lama kemudian , Setelah selesai mengangkat telephone Ibu kembali ke ruang tamu.. Dan apakah yang terjadi ?
“Astagfirullah hal adzim....!!! Perbuatan siapa ini ?? Nel !!!!...... apa yang telah kamu lakukan sedari tadi ??.”  kata Ibu.
 Ibu terkejut saat melihat salah satu baju Ayah telah gosong. Ibu menghampiri setrikaan itu mematikan kabel stop kontak. Setelah diperiksa , wawww.. gosong yang berwarna hitam mutung menembus dan membekas hingga alas karpet lapisan bawah setrika.
“Nel ? dimana kamu ? nel , dimana kamu ? Ibu mau bertanya.” Ibu kesana-sini mencari Shindy.
Teriakan Ibu membangunkan Ayah. Dengan mata sayup melemas Ayah turun dari tempat tidur , lalu keluar kamar dan bertanya kepada Ibu.
“Ada apa ini bising ??” ujar Ayah.
“Tidak ada apa-apa. Hanya memanggil Shindy. Ada yang ingin ibu tanyakan kepada dia.” Jawab ibu.
“Tanya apa ?”
“Apakah dia yang menyetrika baju sampai gosong.”
“GOSONG !!! mana shindy mana ???” emosi Ayah membara yang kedua kalinya saat kejadian ini.
Ayah dan ibu memanggil-manggil Shindy.  Akhirnya Shindy menyahut.
“Iya Yah.. Bu.. kenapa ? sekarang Shindy di kamar mandy. Ini sudah selesai.” Sambil BAB pun dia berteriak kencang agar Ayah dan Ibunya mendengar. Haahaa.
Ketika Shindy membuka pintu , Ayah sudah berdiri di depan kamar mandi.
“Oh ayah. Kenapa yah?”
“Kekanakalan apa lagi yang kamu lakukan ! liat baju Ayah sudah gosong kamu setrika ! kamu itu masih kecil. Belum tahu menyetrika dengn sesunguhnya ! Nanti kalau udah waktunya baru belajar sama Ibu ! Sudah ayah bilang jangan bertingkah Shindy ! sini Ayah kurung di kamar mandy ! sini ! (menarik tangan Shindy masuk kekamar mandi)
“Jangan yahh jangan.......... maaf  yah maaf  yahh.” (Shindy ketakutan dan mulai menagis).
Ibu datang dari kamar menghampiri mereka di kamar mandi.
“Ayah ? jangan begini ? .“ menarik tangan Shindy keluar dari kamar mandi.
“Bukannya sekali-kali di beri pelajaran , malah ibu belakan terus anak ini. Ibu tahukan perbuatan yang telah dia lakukan ?”
“Iya tahu. Tapi bukan seperti ini caranya terhadap anak.”
Ayah mengabaikan omongan Ibu. Ayah langsung pergi membawa kendaraan sepeda motor tanpa memberi tahu ibu.
“Sudah lah.. memang kamu yang melakukan ini nak ? hingga baju Ayah gosong.” Tanya Ibu.
“Shindy tu cuma ingin nyobain bu. Tadi sewaktu Ibu pergi , Iya.. Shindy menyetrika baju Ayah pakai setrikaan yang panas. Tiba-tiba Shindy sakit perut , jadi segera shindy kekamar mandi. Shindy lupa kalau meninggalkan setrikaan itu.” (dengan nada suara pelan dan menangis tersendat-sendat)
“Ibu tidak marah. Tapi jika sekali lagi kamu  melakukan hal yang sama , Ibu tidak sungkan-sungkan menghukum kamu. Sebab perbuatan kamu yang sudah keterlaluan. lain kali bilang dulu sama Ibu.” Ibu menasehati Shindy.
“Iya Bu. Shindy janji. Berhati-hati setiap melakukan suatu pekerjaan atau apapun itu. Maafin Shindy Bu.”
“Iya nak.”
“ Ayah tadi kemana Bu ? Shindy ingin minta maaf.”
“Ibu juga tidak tahu. Nanti pulang kok.”
 “Makan sana ? Ibu suruh makan dari tadi malah belum mkan juga.”
“Iya Bu.”
Shindy merasa bersalah kepada orangtuanya. Dia sadar dengan perbuatannya yang Hiperaktif. Dia berjanji tidak mengulangi lagi. Dia sudah minta maaf  kepada ibu. Sedangkan Ayah pergi entah kemana sehigga belum terucapkan oleh shindy kata maafnya kepada Ayah. Betapa brsalah dirinya. 

Unsur Instrinsik Cerpen
1.     TEMA        : Pengalaman
2.    JUDUL       : “ Di Balik Arti Menel “
3.    ALUR         : Mundur
4.    LATAR       :
-TEMPAT :Rumah (ruang tamu, kamar tidur, kamar
mandi)
-WAKTU     : Siang hari pukul 14.00 WIB.
-SUASANA : Sedih , menegangkan. 
5. PENOKOHAN   :
-Menel (Shindy) : Manja , nakal, ceroboh, cengeng Hiperaktif.
-Ibu            : Pemaaf , baik , penyayang, perduli, perhatian.
-Ayah        : tegas, bijak , pemarah , acuh tak acuh.
6.  SUDUT PANDANG    : Orang ketiga serba tahu.
7. AMANAT :
-Berhati-hatilah dalam berbuat sesuatu (jangan ceroboh)
-Jaga diri sendiri dan sikap yang tidak membuat orang lain merasa di rugikan. 
-jangan berlaku terlalu kasar terhadap anak. Bagaimanapun juga dia adalah anak kita sendiri. Nasehatilah dengan cara yang baik.
-bertingkah laku lah yang baik-baik dan sewajarnya.
-Saat melakukan kesalahan, segeralah meminta maaf.
8. NILAI KEHIDUPAN   :
-Jadilah anak yang dibanggakan orang tua dengan hal positif yang kamu lakukan. Jangan sebaliknya , menyusahkan orang tua dengan perbuatan yang kamu lakukan.
-jadilah sikap diri yang baik , lebih baik diam daipada hiperaktif.




           













Tidak ada komentar:

Posting Komentar