Senin, 11 Maret 2013

Biografi



 BENITO MUSSOLINI
          Benito Mussolini (1883-1945) adalah seorang diktator fasis yang menjadi Perdana Menteri Italia pada tahun1922 dan tahun 1925. Ia memerintah hingga Italia diserang Sekutu selama Perang Dunia II dan Italia dibawa kontrol Nazi Jerman.
            Mussolini menciptakan konsep Fasisme bersama dengan Neo-Hegelian filsuf Giovanni Gentile pada 1910-an akhir. Kata ini berasal dari fascio Italia, yang berarti "serikat". Simbol gerakan ini adalah kapak dikelilingi oleh seikat tongkat. Prinsip dari Fasisme Italia termasuk nasionalisme, kolaborasi kelas, populisme, militerisme, totaliterisme, kediktatoran, intervensionisme sosial, perencanaan ekonomi, dan statisme. Fasisme sangat menentang komunisme dan liberalisme. Fasisme Mussolini dikenalkan ke publik sebagai "Jalan Ketiga" antara sosialisme dan kapitalisme. Dengan melembagakan negara, militeristik totaliter ekspansionis, Mussolini bertujuan untuk menghidupkan kembali kemuliaan lama dari Kekaisaran Romawi.

            Mussolini lahir dari orang tua yang bekerja-kelas di kota Forli di Italia. Dipengaruhi oleh keyakinan sosialis ayahnya, Mussolini bekerja sebagai wartawan politik dan awalnya seorang aktivis sosialis. Ketika Perang Dunia I pecah, Mussolini bergabung dengan Tentara Italia sebagai seorang prajurit. Pada saat perang telah berakhir, ia yakin bahwa sosialisme adalah filosofi tidak berguna, dan mulai mengembangkan ide-ide fasis.

            Pada tanggal 23 Maret 1919, Mussolini membentuk "Italia Combat Squad," juga dikenal sebagai blackshirts, mempromosikan visi fasis sebagai kelompok paramiliter. Meskipun hanya memiliki 200 anggota awalnya, tahun 1922 menjadi 200.000 orang. Kelompok ini memiliki kekuatan begitu banyak sehingga melancarkan kudeta di bulan Maret di Roma dari 27-29 Oktober 1922.           

           Mussolini kemudian memerintah Italia selama sekitar dua puluh tahun, dari 1925 sampai 1943. Kekuasaannya mempunyai program yang besar seperti, penciptaan lapangan kerja, kontrol harga, propaganda, dan perbaikan transportasi umum. Meskipun awalnya mempertimbangkan berpihak dengan Prancis pada Perang Dunia II, tahun 1940 Italia memutuskan untuk berpihak pada Axis, akhirnya menimbulkan kematian deposisi dan akhirnya Italia mulai kalah perang. Sejak Mussolini dan Hitler meninggal tahun 1945, sistem pemerintahan fasisme telah dianggap tabu. 

Politik  fasisme
            Fasisme adalah sebuah ideologi yang lahir dan berkembang pada abad ke-20. Fasisme menyebar dengan sangat pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, namun juga di negara-negara seperti Yunani, Spanyol dan Jepang. Pemerintahan fasis adalah pemerintahan yang penuh dengan kekerasan karena itulah rakyat sangat menderita dengan cara-cara pemerintahan ideologi ini. Diktator fasis dan pemerintahannya tidak segan-segan untuk melakukan pemerintahan yang brutal, penuh dengan agresi dan pertumpahan darah serta kekerasan dan semua itu dijadikan sebuah hukum pada pemerintahannya. Pemerintahan fasis mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi rahasia dan milisi fasis mereka. Pemerintahan bahkan diterapkan hampir di semua tingkat kemasyarakatan mulai dari pendidikan, budaya, agama, seni, sistem pemerintahan, militer dan organisasi-organisasi politik.<br />Awal berkembangnya fasisme berasal dari Italia setelah tahun 1919 dan barulah setelah itu fasisme menyebar ke berbagai wilayah di Eropa. Istilah fasisme sendiri pertama kali digunakan di Italia oleh pemerintahan yang berkuasa pada tahun 1922-1924 pimpinan Benito Mussolini. Setelah itu pemerintahan fasis berkuasa pula di Jerman pada 1933 hingga 1945, dan Spanyol sejak 1939 hingga 1975.
           
            Setelah Perang Dunia II, rezim-rezim diktatoris yang muncul di Amerika Selatan dan negara-negara belum berkembang lain umumnya digambarkan sebagai fasis.<br />Mussolini menulis sebuah deskripsi untuk Ensiklopedi Italia pada tahun 1932 yang mempermudah kita untuk memahami falsafah yang kurang lebih mengungkapkan bahwa ternyata gagasan utama di balik fasisme adalah ide para Darwinis yang menganut Darwinise mengenai konflik dan perang. Darwinisme menyatakan beberapa klaim, salah satunya adalah bahwa melalui seleksi alam, yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan tersingkir. Oleh karena itu, para fasis berpandangan bahwa manusia harus berada dalam perjuangan terus-menerus untuk dapat bertahan hidup. Karena dikembangkan dari gagasan ini, fasisme membangkitkan kepercayaan bahwa suatu bangsa hanya dapat maju melalui perang, dan memandang perdamaian sebagai bagian yang memperlambat kemajuan.<br />Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:<br />Pertama, ketidakpercayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin. Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan.  Bagi fasisme manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideologi yang mengedepankan kekuatan. Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan.  Dalam pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya. Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit. Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan. Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme. Ketujuh, fasisme memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban internasional.<br />Hal yang sangat erat kaitannya dengan fasisme yaitu antisemitisme. Antisemitisme adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras, mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga. Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hitler, yang menyebabkan pemusnahan terhadap kaum Yahudi Eropa. Jerman memusuhi yahudi, karena yahudi dianggap ras rendah yang senantiasa mengotori kemurnian ras arya. Jika merasa kekuatannya telah cukup untuk tidak sekedar berteori, maka kaum Fasis mulai menunjukkan sifat imperialisnya. Mereka akan menjanjikan kemenangan dalam permusuhan dengan bangsa lain. Kaum fasis senantiasa ingin menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari bangsa atau negara manapun. Nahasnya, apabila fasisme kalah, maka sang pemimpin fasis akan menjadi korban kehancuran rezimnya sendiri. Sejarah mencatat nasib tragis yang dialami Mussolini yang ditembak dan digantung oleh rakyatnya sendiri, setelah sebelumnya Italia mengumumkan kekalahannya dalam perang. Nasib Hitler mungkin sedikit lebih baik, karena ia “mati terhormat”  tanpa  harus tunduk kepada musuhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar